Kamis, 31 Maret 2011

Seminar Entrepreneurship ! Ikut ga ya?


Sering kita dengar pendapat bahwa jalan menuju kekayaan dan kesuksesan adalah dengan menjadi wirausaha. Pendapat itu menyatakan bahwa dengan menjadi wirausaha, kita akan mencapai apa yang disebut kebebasan finansial. Yaitu sebuah kondisi dimana “uang bekerja untuk kita, dan bukan sebaliknya”. Seringkali istilah kebebasan financial digambarkan bahwa seseorang dapat duduk santai tanpa harus bekerja apa-apa tapi tetap menerima aliran uang!!!

Seolah wirausaha merupakan kata sakti dimana semua masalah akan selesai dengannya, maka hampir setiap hari ada saja seminar atau pelatihan yang bertema “menjadi pengusaha sukses”. Jargonnya pun bermacam-macam tapi sebenarnya serupa. Yang satu bertema “Cara Gila Menjadi Pengusaha”, yang lain mengklaim sebagai raja “financial revolution”, tetangganya mengaku punya “golden ways”, sebelahnya memprovokasi agar “berhenti sekolah jika ingin kaya”. Jika dulu digunakan istilah pelatih, sekarang itu tidak berlaku lagi. Karena demi alasan komersial, maka istilah pelatih diganti menjadi fasilitator, coach, trainer, motivator, navigator, master dan gelar sejenis lainnya.

Dari sekian banyak seminar dan pelatihan yang saya pernah ikuti, saya bisa simpulkan tiga hal. Pertama, semuanya bertujuan untuk membantu anda memperbaiki diri. kedua, beberapa menawarkan peluang bisnis (contohnya MLM atau frenchise). Ketiga, banyak pengisi acaranya meski mengaku sukses sebagai pengusaha, sebenarnya bisnis pelatihan itulah bisnis utamanya. Beberapa kali, saya pernah jadi panitia sebuah acara training. Si trainer mengklaim dirinya pengusaha dan punya bisnis di sana sini. Bahkan dia mengaku ketua asosiasi pengusaha ini dan itu. Lama kelamaan saya faham bahwa itu semuanya bisnis dia yang lama dan sedang mandek. Soal ketua asosiasi? Ternyata anggotanya hanya hitungan jari.

Beberapa dari anda pasti bertanya apakah salah punya bisnis training? Tentu tidak, itu bisnis yang baik, sah dan tidak melawan hukum. Jadi jika anda kebetulan seorang trainer, saya tegaskan bahwa itu bukanlah bisnis yang buruk, selama anda jujur dan tidak mengaku-ngaku. Saya hanya ingin menunjukan agar orang tidak gampang terbuai dengan klaim-klaim dari beberapa trainer yang saya nilai berlebihan. Saya pribadi pernah bekerja di suatu lembaga training. Selama bekerja disana, kami tidak pernah membuat klaim yang memang tidak ada buktinya.

Apakah mengikuti pelatihan dan seminar seperti itu bermanfaat? Saya kira ya. Anda perlu sekali-kali hadir didalamnya. Tapi jangan berharap terlalu banyak, karena what you see and hear mostly is what you get. Banyak sahabat kecewa karena mereka berfikir dengan rajin-rajin ikut pelatihan dan seminar, hidup mereka akan secara ajaib berubah. Salah besar.

Seminar dan pelatihan, apakah itu motivasi, wirausaha, finansial atau lainnya, hanya membantu anda untuk merubah cara pandang dan sikap mental. Ibarat api, semangat membara yang anda rasakan begitu keluar dari forum pelatihan hanya bertahan lama jika “bahan bakar” dalam jiwa anda memang banyak. Artinya, bukan salah trainernya, tapi salah mental kita yang memang gampang loyo.

Kedua, kegagalan sering terjadi karena tidak konsisten menjalankan materi pelatihan. Katakanlah anda mengikuti seminar wirausaha. Pastilah anda diajarkan untuk tidak berhenti berusaha, sekarang tanyakan pada diri anda sendiri, benarkah kita konsisten untuk berusaha terus? Atau ketika diminta untuk memisahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha, jangan-jangan kita manja dengan terus memakan kas bisnis untuk kepentingan konsumtif.

Ketiga, kita sering terjebak dalam ilusi sosok. Bahwa kita ikut pelatihan hanya karena sosoknya bukan substansinya. Saya punya teori bahwa saat ini, trainer tak ubahnya selebritis sehingga komunikasi antara peserta pelatihan dan trainernya tak berbeda ketika artis ketemu fans. Mungkin si trainer tidak berubah, tapi para peserta tidak lagi melihat dirinya sebagai trainer biasa, tapi artis!

Lebih gawat lagi, ada ilusi lain yang seolah sengaja disebarkan. Yaitu ilusi bahwa sosok trainer adalah manusia sempurna yang diturunkan dari langit untuk menjawab segala permasalahan manusia. Saya faham bahwa seorang trainer harus tampil sempurna. Sekali gagal menjawab pertanyaan peserta, maka tamatlah karirnya. Tapi coba lihat brosur, buku, atau publikasi lain tentang acara pelatihan seperti ini. Seringkali sosok trainer digambarkan terlalu berlebihan yang ujung-ujungnya akan mengecewakan peserta. “aaah kalo begini aja, gua juga bisa… nyesel deh”, tak asing dengan keluhan seperti ini? Saya tidak kaget.

Untuk anda yang ingin menjadi seorang wirausaha dan berniat mengikuti training “jadi pengusaha”, saya mendukung sepenuhnya. Tapi harap ingat, sedahsyat apapun acaranya tetap saja sifatnya training alias latihan. Ibarat belajar nyetir, tentu kita tidak langsung bisa. Harus belajar teori dulu, belajar aturan dulu. Begitu juga dengan training. Apapun namanya, siapapun trainernya, sebenarnya tak beda dengan masuk ke ruang kelas dan belajar. Akan lebih baik jika memang diniatkan untuk mencari ilmu dan mencoba merubah pola pikir, bukan untuk mencari jalan cepat menuju sukses. Maaf saudara, mencari kekayaan dengan ilmu hitam pun perlu proses. Siapa bilang punya tuyul tidak pake biaya dan usaha? Jika di perjalanan anda mengalami kegagalan, jangan salahkan trainernya. Karena memang bukan tanggung jawabnya.

Terakhir, saya sarankan agar anda melupakan mimpi soal kebebasan financial. Tak ada ceritanya bahwa suatu saat kita bisa tetap duduk santai dan uang akan terus masuk begitu saja. Coba baca kisah-kisah orang-orang terkaya dunia. Bahkan dengan kekayaan begitu besarpun mereka masih tetap bekerja. Para investor terkaya dunia masih harus tetap terjun mengawasi dana yang mereka investasikan. Karena jika tidak, mereka akan dilibas oleh persaingan bisnis. Lupakan juga soal pelihara tuyul, saya tidak pernah dengar ada orang jadi milyuner karena bisnis tuyul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar