Blog ini tentang lifehacks alias hal-hal yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Penulis bisa dihubungi firmansyafei@gmail.com atau syafei_firman@yahoo.com
Sesekali pikirkan ini. Mengapa meski gaji atau pemasukan kita terus
menerus meningkat, tetap saja terasa kurang atau tidak mencukupi kebutuhan atau
keperluan hidup. Atau kenapa selalu saja ada orang yang mengeluh kekurangan
uang untuk membayar ini dan itu, padahal orang tersebut memiliki pendapatan
yang lumayan besar. Mengapa pula para ibu selalu mengeluh uang belanja yang
kian hari kian tidak mencukupi?
Mungkin sebagian besar dari anda akan menjawab bahwa penyebab semua kejadian
diatas adalah harga-harga barang yang terus-terusan naik. Disisi lain pemasukan
tidak meningkat secepat naiknya harga beras. Kenaikan harga barang yang terus
menerus menyebabkan uang yang kita miliki semakin kehilangan daya belinya di
masa depan. Dulu ketika kecil, uang Rp.500 bisa membeli semangkuk baso.
Sekarang uang yang sama tidak mampu lagi membeli satu buah pisang molen.
Ini fakta pahit yang tidak banyak orang sadari. Uang di dompet kita
sama persis dengan makanan di lemari. Seiring berjalannya waktu, keduanya akan
membusuk. Uang kita akan “membusuk” dengan kehilangan fungsinya untuk menyimpan
kekayaan. Jika dahulu uang Rp. 100 ribu cukup untuk hidup seminggu, uang yang
sama kini bisa habis dalam satu hari. Dengan logika yang sama, kita dapat
menyimpulkan bahwa kekayaan kita berupa uang akan semakin menyusut seiring
waktu.
Don’t
judge a book from its cover. Peribahasa ini biasanya diartikan bahwa menilai orang dari penampilannya
saja adalah sesuatu yang tidak baik. Bahwa tampilan luar seseorang bisa jadi
buruk, tapi hatinya justru mulia. Prinsip yang sama bisa digunakan dalam
memilih buku. Buku yang baik tidak selalu wajib memiliki cover (sampul) yang
mencolok. Bahkan seringkali, buku yang terlampau mewah tampilannya, tidak sebanding
dengan isinya.
Buku itu bersampul tipe hard cover, lengkap dengan lembar sampul
khusus yang dapat dilepas. Judulnya provokatif, seolah-olah intelek. Bisa jadi
memang intelek, karena judulnya seolah diluar nalar saya. Penulisnya seorang
tokoh yang diakui keilmuannya dan sering muncul di layar televisi. Isinya?
Mengerikan. Luar biasa membosankan. Jauh dari harapan awal ketika pertama kali
membaca buku itu. Tapi bisa jadi salah saya yang terlalu bodoh.
Buku lain begitu narsis. Judulnya tak
penting, sama sekali tak penting. Karena tujuan terbitnya buku itu hanyalah
foto penulis (atau setidaknya pemilik hak cipta) di sampul depan. Foto si
penulis begitu cerah, gagah sekali. Senyum nya begitu lebar, selebar wajahnya
yang hanya menyisakan sedikit ruang untuk judul buku. Untuk mereka yang matanya
terlatih, akan terlihat jejak rekayasa digital pada wajah si penulis. Isinya?
Tak lebih dari cerita panjang lebar tentang pencapaian si penulis. Buku-buku model
ini biasanya digunakan sebagai media promosi sipenulis, terutama bagi mereka yang sekedar mengincar jabatan.
Buku model yang sama (foto pada sampul)
digunakan para konsultan untuk mempromosikan program pengembangan diri. Bedanya
ada pada isinya, biasanya para konsultan menulis cara-cara pengembangan diri,
bisnis, atau kehidupan ke arah yang lebih baik. Di akhir buku, biasanya si
penulis mempromosikan program pengembangannya, lengkap dengan diskon bagi
mereka yang membeli bukunya. Syukurlah, buku seperti ini masih bisa diambil
faedahnya.
Seorang sahabat pernah meminjamiku sebuah
buku. Buku ini tentang biografi seseorang. Sayang sekali, isinya hanya pujian.
narsis sekali. Itulah resiko menerbitkan biografi tentang orang yang masih
hidup, apalagi memiliki posisi politis. Saran saya, janganlah membeli buku
biografi tokoh politik yang masih hidup. Level kenarsisannya melebihi remaja
labil. Beli saja biografi orang yang sudah berpulang kepada Sang Pencipta.
Seperti halnya artis, buku juga memiliki
pengikut. Ketika buku “The Secret”
terbit dan sukses besar. Tiba-tiba saja bermunculan buku yang mengekor
kepopuleran buku tersebut. Hampir semua aspek dari buku itu dicontek atau
ditiru habis habisan. Mulai darimodel
sampul, tema buku, judul yang hampir mirip bahkan isi buku!!. Untuk anda
penggemar novel fiksi, tentu masih ingat “The
Da Vinci Code” karya Dan Brown. Terlepas kontroversinya karena dinilai
melecehkan agama tertentu, selepas kesuksesannya, berjamuranlah novel novel
dengan tema yang sama. Dan yang terakhir (tapi ini pengecualian) adalah
fenomena “Laskar Pelangi”. Saya bilang pengecualian, karena novel ini menjadi
pembuka jalan bagi novel-novel lain yang menggugah seperti “5 menara” dan
lainnya. Akhirnya, era novel yang isinya sekedar dunia selangkangan tamat
sudah. Mantap!!
Bulan lalu saya kembali memburu buku obralan. Jangan salah, banyak
buku berkualitas yang saya dapatkan dengan harga murah. Novel “the hobbit”
karya JRR Tolkein dan DNA Mutation of Power House karya Rhenald Kasalihanya contoh dari banyak buku yang saya
dapatkan dengan harga obral. Mohon maaf, semuanya asli dari penerbit resmi.
Akhirnya, saya berhasil menemukan sebuah buku yang terkucil di bawah
rak. Di Amerika buku ini menjadi salah satu best seller. Isinya? Kualitas best
seller, sangat enak dibaca. Buku ini membantu kita untuk memahami pengelolaan
keuangan usaha yang baik. Pernahkah anda
kebingungan ketika membaca neraca perusahaan di Koran-koran? Tidak lagi. Buku
ini memang layak menjadi best seller. mungkin besok saya bahas.
Jujur, menulis artikel ini sama saja dengan mendongeng. Berbeda dengan artikel kemarin tentang investasi emas yang memang saya sedang lakukan. Investasi keuangan dalam bentuk asuransi tidak pernah saya lakukan. Oleh karena itu, tulisan ini sebenarnya cara saya untuk mempelajari apa itu asuransi, lebih lebih lagi asuransi pendidikan. Jadi jika tulisan ini sedikit sesat, maklumi saja.
Ketika saya kecil, kata "asuransi" punya imej yang tidak menyenangkan. Ceritanya dimulai ketika tetangga saya kehilangan mobilnya. sebut saja namanya Haji Usman. Ketika hendak melakukan klaim. perusahaan asuransi "seolah" mempersulit proses klaim dan memping pong Haji Usman kesana kemari. Kisahnya berhenti disitu tanpa pernah ada kepastian apakah klaim tersebut bisa cair. Sejak mendengar kisah ini, benak Firman kecil telah tertanam kesan sulitnya klaim di perusahaan asuransi.
Tapi tak kenal maka tak sayang. Meski ada 654.000 link di Google search tentang kasus-kasus sulitnya melakukan klaim asuransi, kita tetap perlu untuk mempelajari apa itu asuransi dan manfaat yang kita manfaatkan untuk mengelola kehidupan kita.
menurut saya, asuransi itu mirip mirip nyicil dalam jangka panjang. Dana yang dikumpulkan digunakan untuk keperluan tertentu. Apakah itu kesehatan, pendidikan, kerugian, musibah dan lainnya. Intinya asuransi merupakan perlindungan atau kompensasi dari hal hal yang tidak diinginkan. Panik menjelang masuk sekolah adalah salah satunya.
Asuransi pendidikan demikian juga adanya. secara umum produknya mencakup anda membayar sejumlah uang dalam jangka waktu tertentu dengan harapan pada waktunya tiba, asuransi tersebut akan menutup kebutuhan biaya pendidikan anak anda. Pada dasarnya tiap-tiap produk bersaing pada tataran return yang didapat konsumen. Tapi pada perkembangannya, berbagai perusahaan menawarkan kelebihan lain seperti asuransi jiwa, kesehatan dan lainnya.
Dengan demikian mengambil produk tabungan/asuransi pendidikan adalah satu jalan untuk mempersiapkan masa depan anak anda. Sekali lagi, satu jalan, bukan jalan utama. Jadi anda masih bisa memilih model persiapan dana pendidikan lainnya. tapi itu kita bahas nanti saja.
Ternyata produk asuransi pendidikan demikian banyak yang tak mungkin saya bahas satu persatu. saran saya cuma satu : FAHAMI SEMUA PASAL dalam perjanjian asuransi yang hendak anda ambil. saya serius, FAHAMI SEMUANYA, bukan sekedar gambaran umum, tapi SEMUANYA. Bukan apa-apa, setiap pasal yang tertulis dalam perjanjian asuransi yang anda tanda tangani akan mempengaruhi apa yang akan anda terima.
sebenarnya ada yang beragumen bahwa asuransi pendidikan atau tabungan pendidikan bukan produk yang bisa memberikan return (hasil) paling tinggi. tulisannya bisa dibaca disini, tapi tentu ini masih perlu dibandingkan kembali dan disesuaikan dengan kondisi kita.
berikut tips memilih asuransi pendidikan yang saya kumpulkan dari berbagai sumber (terpercaya tentunya) :
Fahami betul rencana anda. berapa anak yang anda rencanakan ? berapa selang waktu antar tiap-tiap anak? jenjang pendidikan seperti apa yang hendak diambil? berapa kira-kira besaran biaya yang harus disiapkan untuk memenuhi semua rencana anda? Semua pertanyaan ini ribet untuk dijawab, tapi jauh lebih baik daripada ribet disaat anda harus membayar semua tagihan.
Sekali lagi, fahami betul betul produk yang anda ambil. Bukan berarti teman anda mengambil polis yang sama, maka anda berfikir bahwa polis tersebut bagus. bisa jadi sang teman tidak lebih faham dari anda sendiri
Bandingkan dengan kemampuan anda membayar. OK lah produknya bagus, bisa bayar bulanannya ga? jika tidak, cari alternatif lain
Hal lain yang harus juga diperhatikan adalah seberapa fleksibel nilai
tunai atau tahapan dana pendidikan tersebut bisa ditarik. Ini poin yang bagus. Banyak dari
tahapan biaya pendidikan tidak bisa ditarik kecuali pada tahun-tahun
yang telah ditentukan seperti tahun ke-7 untuk masuk SD, tahun ke 12
untuk masuk SMP dan seterusnya. Modelnya seperti deposito lah
Hati-hati dengan simulasi, nilai yang didapat mungkin besar. tapi itukan nilai sekarang. Bisa saja anda dapat 500 juta saat sekarang dimana kuliah cuma habis 200 juta. bandingkan selalu dengan nilai yang diperlukan dimasa depan. bisa jadi kuliah yang sama akan menghabiskan 600 juta di masa depan. satu poin lagi : Perhatikan asumsi-asumsi yang tertera di lembar ilustrasi. lagipula banyak perusahaan berlindung dalam klausul bahwa hal tersebut
semata-mata hanya ilustrasi yang sesungguhnya tergantung hasil pada
waktu pencairan
Sebelum memilih program asuransi, baca dahulu manfaat dan fitur program
asuransi yang hendak kita beli. Misalnya, manfaatnya hanya untuk resiko
meninggal, maka kita tidak akan mendapatkan manfaat ketika kita hanya
mengalami sakit atau luka-luka. Atau sebaliknya, yang kita beli adalah
produk asuransi kecelakaan saja, maka kita tidak akan mendapatkan
manfaat ketika kita terkena penyakit tertentu.
Jangan terpaku karena nama besar perusahaan yang memberikan penawaran,
tapi lebih fokus pada produk yang sesuai kebutuhan.
Pilihlah perusahaan asuransi yang memudahkan konsumen dari segi
pencairan / klaim. Mengingat sebetulnya perusahaan asuransi tak lebih
adalah pihak pengelola, keputusan tetap pada konsumen yang memiliki
dana.
Yang harus difahami, asuransi/tabungan pendidikan hanyalah sebuah alat untuk mempersiapkan masa depan putra putri anda. Produk ini bukan jalan satu satunya, karena beberapa pihak menggunakan reksadana, emas, bahkan saham. intinya tergantung kemampuan kita untuk melakukan perencanaan dan pengelolaan.
okay. mungkin besok saya mau ambil polis, mungkin juga tidak. yang pasti saya harus berhitung dulu... ya kan?
sebagai referensi, mungkin ada baiknya anda menengok ke link slitus ini :
-->Dana pendidikan adalah salah satu hal yang paling sering
dikeluhkan oleh para orang tua. Salah satunya adalah ketika akan masuk sekolah.
Sepatu baru, seragam baru, sumbangan ini itu dan lainnya. Sekolah belum lagi
dimulai, tapi dana harus sudah keluar dimuka. Belum lagi ketika masa sekolah
sudah berjalan. Pasti ada saja
pengeluaran yang seringkali tidak sedikit.
Untuk mereka yang
berpenghasilan tinggi, mungkin biaya pendidikan tidak menjadi masalah. Tapi
untuk mereka yang memiliki penghasilan menengah ke bawah, biaya pendidikan yang
semakin tinggi tentu menjadi kendala yang seringkali berakhir tanpa solusi.
Sayang sekali, banyak generasi muda yang cemerlang terancam pendidikannya hanya
karena terganjal biaya.
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, seandainya para orang
tua mempersiapkan sedari dini, tentu masalah biaya pendidikan anak dapat
diatasi sejak awal. Asumsinya, seorang anak tidak langsung mendadak besar dan
masuk sekolah. Anggap saja, anda akan memasukan putra/putri anda ke sekolah
dasar pada umur tujuh tahun. Maka sebenarnya, anda dapat mencicil biaya masuk
SD selama tujuh tahun semenjak dia lahir. Atau katakanlah anda hendak memasukan
si kecil ke TK pada umur enam tahun, anda masih punya jangka waktu enam tahun
untuk mempersiapkan diri.
Mengelola keuangan sebenarnya tidak susah-susah amat.
Bahkan sangat sederhana. Pokoknya, selama kita punya kemauan, rencana yang
baik, dan disiplin, maka semuanya akan mudah. Tahukah anda mengapa orang
terkesan sulit mengelola keuangannya. Salah satunya adalah pola hidup boros.
Pola hidup boros ini, tidak selalu identik dengan belanja ala miss jinjing.
Pola hidup boros adalah semua gaya hidup yang sama sekali tidak bermanfaat,
bahkan cenderung merugikan. Boros erat sekali dengan perilaku impulsif alias
belanja tidak berdasar pada kebutuhan, tapi berbelanja setiap kali anda “lapar
mata”.
Merokok adalah salah satu contohnya. Sampai detik ini
belum ada orang yang berani menjamin bahwa manfaat merokok jauh melebihi
kerugian yang dikandungnya. Kenyataannya justru sebaliknya. Kesehatan tergerus,
uang pun ikut hilang. Oleh karena itu, berhenti merokok, tidak saja akan
membuat badan lebih sehat, tapi dana yang tidak terpakai bisa digunakan untuk
menyekolahkan anak anak anda.
Hitungannya mudah saja. Sebut saja anda berhenti merokok
semenjak kelahiran si buah hati. Jika sebelumnya anda menghabiskan Rp.
10.000/hari untuk dibakar begitu saja, dengan menabungkannya selama tujuh
tahun, maka anda akan mengumpulkan dana sebesar Rp. 25.770.000 pada akhir tahun
ke tujuh. Sederhana bukan.
Tabel 1. Menghitung Tabungan 10 Ribu/hari
-->
Pada dasarnya pengelolaan keuangan itu punya dua prinsip
utama. Kebutuhan dan Waktu. Para orang tua yang kebingungan ketika hendak
memasukan putra/putrinya ke sekolah menunjukan kelengahan dalam mempersiapkan
dana pendidikan. Katakanlah jika Rp. 10.000/hari terlalu besar, dengan Rp.
5.000/hari saja, pada akhir tahun ketujuh anda masih bisa mengumpulkan Rp.
12.775.000. Prinsipnya, jika anda tahu bahwa kebutuhan itu pasti akan datang,
apakah itu biaya pernikahan, perumahan, pendidikan, kesehatan atau investasi,
maka anda harus segera menyiapkannya dari sekarang.
Hitungan diatas adalah model tabungan flat, artinya
anda hanya menabung uang saja tanpa menginvestasikannya kebentuk lain.
Kira-kira berapa yang bisa anda dapatkan dengan pengeluaran yang sama namun
diinvestasikan ke emas?
Katakanlah anda tetap menyisihkan Rp. 10.000/hari, namun
pada setiap akhir tahun anda menginvestasikan tabungan anda dengan membeli
emas. Jika ada kelebihan atau kekurangan, maka akan dimasukan ke tabungan tahun
berikutnya. Dengan asumsi harga emas meningkat 10% setiap tahun, jika anda
mencicil emas batangan selama tujuh tahun, maka pada ahir tahun ke tujuh anda
akan memiliki investasi dalam bentuk emas senilai Rp. 34,4 juta. Lumayankan?
Dengan pengeluaran yang sama anda mendapat kelebihan sebesar Rp. 8,87 juta.
Begini perhitungannya :
Tabel 2. Menghitung Investasi Emas 10 Ribu/hari
Jika pola yang sama anda teruskan selama tiga belas
tahun, anda akan mengumpulkan dana sebesar Rp 504,59 juta. Semua ini hanya
dengan menyisihkan Rp.10.000/hari yang dahulunya anda bakar-bakar begitu saja.
Andai saja pola ini anda lakukan sedari dulu, mungkin anda sudah jadi hartawan
dan tidak bingung lagi setiap tahun ajaran baru. Ga percaya? Coba saja,
berhentilah merokok dan mulailah menabung. Saya belum membahas persiapan dana
pendidikan dengan model asuransi. Mungkin besok. Moga moga