Minggu, 22 April 2012

Hunting Buku


Don’t judge a book from its cover. Peribahasa ini biasanya diartikan bahwa menilai orang dari penampilannya saja adalah sesuatu yang tidak baik. Bahwa tampilan luar seseorang bisa jadi buruk, tapi hatinya justru mulia. Prinsip yang sama bisa digunakan dalam memilih buku. Buku yang baik tidak selalu wajib memiliki cover (sampul) yang mencolok. Bahkan seringkali, buku yang terlampau mewah tampilannya, tidak sebanding dengan isinya.
Buku itu bersampul tipe hard cover, lengkap dengan lembar sampul khusus yang dapat dilepas. Judulnya provokatif, seolah-olah intelek. Bisa jadi memang intelek, karena judulnya seolah diluar nalar saya. Penulisnya seorang tokoh yang diakui keilmuannya dan sering muncul di layar televisi. Isinya? Mengerikan. Luar biasa membosankan. Jauh dari harapan awal ketika pertama kali membaca buku itu. Tapi bisa jadi salah saya yang terlalu bodoh.
Buku lain begitu narsis. Judulnya tak penting, sama sekali tak penting. Karena tujuan terbitnya buku itu hanyalah foto penulis (atau setidaknya pemilik hak cipta) di sampul depan. Foto si penulis begitu cerah, gagah sekali. Senyum nya begitu lebar, selebar wajahnya yang hanya menyisakan sedikit ruang untuk judul buku. Untuk mereka yang matanya terlatih, akan terlihat jejak rekayasa digital pada wajah si penulis. Isinya? Tak lebih dari cerita panjang lebar tentang pencapaian si penulis. Buku-buku model ini biasanya digunakan sebagai media promosi si  penulis, terutama bagi mereka yang sekedar mengincar jabatan.
Buku model yang sama (foto pada sampul) digunakan para konsultan untuk mempromosikan program pengembangan diri. Bedanya ada pada isinya, biasanya para konsultan menulis cara-cara pengembangan diri, bisnis, atau kehidupan ke arah yang lebih baik. Di akhir buku, biasanya si penulis mempromosikan program pengembangannya, lengkap dengan diskon bagi mereka yang membeli bukunya. Syukurlah, buku seperti ini masih bisa diambil faedahnya.
Seorang sahabat pernah meminjamiku sebuah buku. Buku ini tentang biografi seseorang. Sayang sekali, isinya hanya pujian. narsis sekali. Itulah resiko menerbitkan biografi tentang orang yang masih hidup, apalagi memiliki posisi politis. Saran saya, janganlah membeli buku biografi tokoh politik yang masih hidup. Level kenarsisannya melebihi remaja labil. Beli saja biografi orang yang sudah berpulang kepada Sang Pencipta.
Seperti halnya artis, buku juga memiliki pengikut. Ketika buku “The Secret” terbit dan sukses besar. Tiba-tiba saja bermunculan buku yang mengekor kepopuleran buku tersebut. Hampir semua aspek dari buku itu dicontek atau ditiru habis habisan. Mulai dari  model sampul, tema buku, judul yang hampir mirip bahkan isi buku!!. Untuk anda penggemar novel fiksi, tentu masih ingat “The Da Vinci Code” karya Dan Brown. Terlepas kontroversinya karena dinilai melecehkan agama tertentu, selepas kesuksesannya, berjamuranlah novel novel dengan tema yang sama. Dan yang terakhir (tapi ini pengecualian) adalah fenomena “Laskar Pelangi”. Saya bilang pengecualian, karena novel ini menjadi pembuka jalan bagi novel-novel lain yang menggugah seperti “5 menara” dan lainnya. Akhirnya, era novel yang isinya sekedar dunia selangkangan tamat sudah. Mantap!!
Bulan lalu saya kembali memburu buku obralan. Jangan salah, banyak buku berkualitas yang saya dapatkan dengan harga murah. Novel “the hobbit” karya JRR Tolkein dan DNA Mutation of Power House karya Rhenald Kasali  hanya contoh dari banyak buku yang saya dapatkan dengan harga obral. Mohon maaf, semuanya asli dari penerbit resmi.
Akhirnya, saya berhasil menemukan sebuah buku yang terkucil di bawah rak. Di Amerika buku ini menjadi salah satu best seller. Isinya? Kualitas best seller, sangat enak dibaca. Buku ini membantu kita untuk memahami pengelolaan keuangan usaha yang baik.  Pernahkah anda kebingungan ketika membaca neraca perusahaan di Koran-koran? Tidak lagi. Buku ini memang layak menjadi best seller. mungkin besok saya bahas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar