Jumat, 08 Oktober 2010

Jambi oh Jambi....

Aku beruntung diberi kesempatan untuk pergi ke kota Jambi. kunjungan kali ini adalah untuk melaksanakan temu UMKM, KKMB dan Perbankan. KKMB adalah singkatan dari Konsultan Keuangan Mitra Bank. Untuk anda yang bingung apa maksud KKMB ini, bayangkan saja safir senduk atau aidil akbar, mirip-mirip seperti merekalah kerjaannya. bedanya, jika dua nama tadi urusannya dengan bisnis menengah ke atas. nah KKMB ini kliennya UMKM.

Program KKMB ini sendiri sejarahnya sudah cukup lama.tapi mungkin aku ceritakan nanti sajah yaa, karena aku sekarang ingin bercerita tentang Kota Jambi. Kota ini merupakan ibukota dari provinsi Jambi (mirip2 prov gorontalo yang nama ibukotanya gorontalo juga). seperti semua daerah di nusantara, Kota ini memiliki sebuah motto yaitu "Jambi Beradat". menurut situsnya (http://www.kotajambi.go.id) Jambi beradat ini artinya bersih, aman dan tertib.

soal urusan bersih, boleh dibilang kota jambi termasuk bersih. Minimal disepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel, tidak terlihat "pemanis pemandangan" berupa tumpukan sampah di tepi-tepi jalan. Pendapatku ini harus dicek ulang karena aku tidak sempat keliling seluruh kota untuk melihat suasana kebersihannya(secara aku bukan dinas kebersihan dan bukan juga panitia lomba adipura)

setelah semua tugas dan pekerjaan selesai, aku sebenarnya berniat untuk melihat-lihat suasana kota. Rencananya cukup sederhana : (1) cari ojek, (2) sewa ojek untuk mengantar keliling kota (3) keliling kota (4) belanja kalau memang ada yang unik (5) pulang. Biasanya rencana ini selalu berhasil, nanti aku akan ceritakan pengalamanku jalan-jalan di kota-kota lain dengan metode diatas. Selepas maghrib, berangkatlah aku ke luar hotel.

setelah tanya ini itu ke petugas hotel, aku memutuskan dua hal : (1) belanja pempek khas kota jambi, (2) nongkrong di dekat mall Angso duo yang menurut petugas hotel adalah pusat keramaian kota. walaupun sudah ditawari untuk dicarikan taksi tapi tetap saja aku memilih untuk mencari ojek. Sebenarnya aku mancari becak motor yang umum di daerah sumatera, bagiku ada kesan tersendiri setiap naik moda transportasi yang satu ini.

terkadang terlalu percaya diri memang menyesatkan, begitulah jadinya diriku ini. mati gaya di pinggir jalan, sendirian tak tentu arah. ojek yang dicari tiada, angkutan umum entah kemana, jangan tanya taxi, karena sampai kakiku lemas berdiri, tak satupun lewat. terselip dalam benakku bahwa bisa jadi di jambi ini taxi dan harimau sudah masuk spesies yang terancam kepunahan

setelah dipikir-pikir, ternyata lokasi aku menginap memang dipinggir kota, walapun itungannya dekat dengan pusat kota. jadinya yaa agak sepi. dan menurutku agak seram karena lumayan gelap dan sepi.

karena keburu lapar ya sudah makan dulu, dan seperti seharusnya ketika jalan-jalan kemanapun, kita sebaiknya makan makanan khas daerah tersebut. dan jadilah aku makan pecel ayam... hehehe (sumpah disepanjang jalan ga ada warung jambi, yang ada warung padang)

alhamdulillah selepas makan ketemu juga dengan ojek yang dengan baik hati mau mengantar saya membeli pempek. sebagai informasi, ada beberapa merk pempek yang terkenal dijambi antara lain merk Selamet, Ahiong, dan Selerakoe. banyak orang bilang kalau pempek di jambi ini lebih enak daripada yang ada di palembang. tapi saya bau bawang putihnya terlalu kuat, sehingga agak merusak mood. secara umum rasa pempeknya sendiri dan cuka cukup enak.

sayang saya tidak bisa terlalu banyak berjalan-jalan di Jambi ini, berhubung memang ke sini bukan untuk jalan-jalan. oleh karena itu untuk juragan-juragan yang mau melihat objek-objek menarik di jambi silahkan main ke sini, kaskuser Saratoga yang kampungnya asli di Jambi sudah dengan baik hati membagikan keindahan dan objek objek di jambi

okeh sekian catatan amatiran inih, sampai ketemu di catatan lain

Kamis, 07 Oktober 2010

Ramadhan tanpa wanita

catatan : sebenarnya ramadan sudah usai, tapi bulan itu terlalu sayang jika dianggap selesai... aku menulis ini pada hari hari terakhir ramadan dan menurut ku menjadi salah satu renungan yang  bagus untuk kita semua.. khusus mereka yang mengaku laki-laki. silahkan gan lanjutkan :

Demikianlah saudara, malam tadi selepas pukul 10 aku browsing di internet untuk mencari data untuk penunjang tulisanku. Ceritanya sih mau nulis opini soal mengapa negara kita tercinta akhir-akhir ini selalu menjadi bulan-bulanan negara lain. Entah singapura, malaysia, thailand, Philippina, brunei, Amerika, Australia, China (loh koq jadi semuanya ya?).

Sedihnya, kebanyakan kita hanya bisa ngurut dada (yang sebetulnya sudah berkerut karena kebanyakan diurut). Berhubung bukan presiden, tidak bisa membuat kebijakan. Karena juga bukan anggota dewan, maka tidak bisa menekan presiden untuk membuat kebijakan. Makanya aku hanya bisa menulis opini dengan harapan akan memberikan pencerahan buat teman-teman sesama orang Indonesia.

Karena tidak punya sambungan internet di kost, mainlah aku ke warnet terdekat. Lumayan, selain bisa dapat data, juga bisa baca opini teman-teman lain. Data di tangan, ide tulisan di kepala. Pukul satu malam melangkahlah diriku kembali ke kost. Kalau sudah begini, biasanya lebih enak langsung menulis, karena kepala masih panas dengan ide-ide. Tapi berhubung waktu sahur sebentar lagi, aku putuskan untuk istirahat sebentar.

Sesaat sebelum membuka pintu gerbang, samar-samar terdengar bunyi-bunyi aneh. Seperti sedang ada yang memasak. Mungkin teman sebelah kamar pikirku. Seperti umumnya kost para kaum adam, ada saja penghuni yang pola hidupnya mirip-mirip batman. Aku menduga yang sedang memasak adalah temanku yang membuat mie instan. Ritualnya memasak mie instan akan dilanjutkan dengan ritual mencari siaran sepak bola. Andaikan tidak ada siaran sepak bola, dia akan menghabiskan malamnya dengan menonton sinetron remaja ditemani semangkuk mie instan dan segelas susu hangat.

Kost sudah gelap gulita saat aku masuk. Rasa penasaran membuatku tidak langsung masuk ke kamar, tapi langsung menuju dapur. Betul dugaanku, memang ada yang sedang memasak. Tapi rupa-rupanya tebakanku salah, yang sedang memasak bukan teman yang tadi kuceritakan. Aku bisa langsung menyimpulkan karena sosok itu terlihat sibuk memasak sesuatu yang jelas-jelas bukan mie instan. Setahuku temanku itu tak memiliki secuil bakat pun dalam perkara masak-memasak, persis seperti diriku.
Ketika mendekati sosok tersebut, aku baru sadar bahwa itu ibu kost yang sedang memasak menu sahur untuk kami semua. Untuk informasi, di tempatku numpang hidup ini, Ibu kost dengan sangat baik hati memasakan menu sahur untuk kami semua selama ramadhan. Kami hanya perlu membantu dengan menyediakan anggarannya saja. Kusapa sebentar sang ibu kost, setelah ngobrol sejenak aku pamit undur diri kembali ke kamar.

Terus terang aku tidak bisa langsung tidur setelah kejadian tadi. Melihat kenyataan bahwa ibu kost sudah harus bangun jam satu malam membuatku ingat pada ibuku di rumah. Tiba-tiba aku berfikir, dua puluh tahun lebih aku jadi anaknya tapi tak pernah aku tahu jam berapa Ibu membuat makanan untuk sahur kami sekeluarga. Yang aku tahu, tiba-tiba saja, makanan sudah tersedia. Tidak ada kekhawatiran soal kualitas dan keamanan makanan, karena sepenuhnya dibuat dengan cinta.

Pikiranku menjadi dipenuhi bayang-bayang apa jadinya ramadhan ini tanpa kerelaan para wanita untuk membuat menu sahur untuk orang-orang yang mereka sayangi. Entah Ibu, Istri, Kakak, Nenek atau Ibu Kost. Padahal siang harinya mereka harus tetap beraktivitas seperti biasa. Belum lagi kesibukan di sore hari untuk menyiapkan buka puasa. Ini belum ditambah tarawih yang tentu menguras energi.

Melupakan istirahat di malam hari setelah beraktivitas seharian merupakan sebuah pengorbanan yang menurutku harus dibayar imbalan setimpal. Menurut pikiran laki-lakiku, siang adalah waktu untuk bekerja dan malam adalah waktu untuk istirahat. Tapi ternyata tidak begitu untuk para wanita, selain dituntut untuk tetap bekerja di siang hari, waktu istirahatnya pun harus didiskon, semuanya demi orang lain tulus tanpa imbalan. Kalau sudah begini, malu rasanya mengklaim diri sebagai “pekerja keras”. Pantas saja surga ada di telapak kaki para wanita.

Oleh karena itu, saya selaku laki-laki menghimbau kepada semua kaum adam di dunia ini, terutama yang menjalankan ibadah puasa. Hargailah masakan apapun yang tersaji di meja kala sahur, maupun berbuka. Abaikan rasanya jika terlalu asin, manis ataupun tak karuan karena seringkali para wanita harus memasak sambil berpuasa sehingga tidak memungkinkan untuk mencicipi rasanya. Pura-pura tidak tahulah ketika ada lauk yang bentuknya tak jelas atau mungkin sedikit gosong. Karena para wanita harus membuatnya dibawah tekanan rasa lelah dan kantuk. Apapun hasilnya, katakanlah bahwa masakan yang mereka buat adalah terenak sepanjang sejarah dan semua kekurangan disana sini adalah dosa para pedagang yang menjual bahan makanan yang tak jelas kualitasnya.

Habiskanlah apapun yang tersaji di meja dan akhirilah dengan terima kasih dan senyuman. Karena seenak apapun masakan di restoran, tak akan pernah mengalahkan masakan yang dibuat dengan kasih sayang sepenuh hati. Akan lebih baik lagi jika menyempatkan diri untuk membantu memasak, dengan begitu kita akan tahu kesusahan macam apa yang harus mereka lalui.

Ramadhan adalah momen yang pas untuk mulai berbagi kebahagiaan. Karena kebahagiaan harus tetap dibagi setelahnya. Ramadhan juga adalah momen pendidikan untuk lebih menghargai apa yang telah kita miliki. Dengan demikian, menghargai dan menyenangkan setulusnya para wanita disekeliling kita bisa jadi titik awal yang baik. Aku belum memiliki seseorang yang akan memasakkan menu sahur untukku, tapi aku tahu apa yang nanti akan aku katakan padanya, mungkin seperti ini : “Cinta, masakin gurame pesmol ya?...nanti Aa bantu deeh”
hm hm hmmm =)
NB : Cintaku setulusnya untuk ibu di rumah dan terima kasihku sebesar-besarnya untuk ibu kost.

Minggu, 26 September 2010

Review buku "Jerome Becomes a Genius : Mengungkap Rahasia Kecerdasan Yahudi"


Kali ini aku akan menceritakan sebuah buku yang baru saja aku beli. Judul buku ini lumayan provokatif, “Jerome Becomes a Genius : Mengungkap Rahasia Kecerdasan Yahudi”. Ditulis oleh Eran Katz yang kebetulan seorang yahudi dan diterbitkan di Indonesia pada tahun 2009 oleh Ufuk publishing.  Mayoritas toko buku yang aku kunjungi memasukan buku ini dalam katagori “psikologi populer”. Aku sendiri tidak begitu mengerti maksud dari istilah ini, tapi tampaknya sengaja dibuat untuk menampung jenis-jenis buku pengembangan diri seperti motivasi, cara belajar, keluarga, karakter diri dan lainnya.

Isu yahudi selalu menjadi isu yang sensitif, entah dalam urusan agama, politik, sejarah, maupun ekonomi. Dengan semua stigma maupun label (baik positif maupun negatif) yang ditempelkan pada mereka, kaum yahudi telah membuktikan dirinya sebagai etnis minoritas dengan kemampuan bertahan hidup yang sangat kuat. Terlepas dari hujatan dari seantero dunia terkait  kontroversi zionisme, kita tidak bisa menutup mata mengenai keberhasilan-keberhasilan yang telah diraih oleh wakil wakil mereka di berbagai sektor kehidupan. Harus diakui, kaum Yahudi pada zaman modern telah ikut membentuk dunia dengan berbagai pencapaiannya.

Itulah yang dengan cerdik ditampilkan oleh penerbit dengan memasang foto-foto tokoh-tokoh terkenal yang berasal dari etnis Yahudi pada kover belakang. Sebut saja Albert eistein (pasti anda tahu sosok berkumis ini), Alan Greenspan (gubernur Bank Federal Amerika terlama), Mark Zuckerberg (pendiri Facebook), Sergey Brin dan Larry Page (pendiri Google), George Soros (tokoh yang diduga biang kerok krisis moneter asia tahun 1999), Steven Spielberg (anda mungkin tahu hasil karyanya: Jurassic Park, Jaws, ET), dan Rupert Murdoch (pemilik kerajaan bisnis media). Bisa jadi orang yang melihat kover ini yang langsung berfikir bahwa Yahudi telah menguasai dunia.

Sebagai catatan, untuk anda yang berharap buku ini membahas isu-isu seperti rahasia-rahasia hitam yahudi, konspirasi global, politik zionisme, Freemasonry, Illuminati, dajjalisme, praktik-praktik klenik, misi menguasai dunia atau isu sejenis maka bersiap-siaplah kecewa setengah mati. Karena buku ini murni membahas metode kaum yahudi dalam belajar dan menguasai ilmu. Buku ini merdeka dari isu agama dan politik sehingga pada dasarnya bisa dibaca oleh semua kalangan. Bahkan pada beberapa bagian, buku ini membahas kehidupan sosial mereka sehari-hari.

Sebenarnya,  jika anda betul-betul memperhatikan dan jeli membaca seluruh teks yang tertera pada kover buku ini, anda bisa langsung menebak kemana arah isinya. Pada kover depan paling atas tertulis “Eran Katz, pemenang Guinness Book World of Record for Memory Stunts”. Kemudian pada review singkat di bagian belakang tertulis sebagai berikut : “memberitahu kita bagaimana menerapkan prinsip-prinsip mereka untuk meningkatkan ingatan dan pemahaman kita terhadap segala macam persoalan kita sehari-hari”.  Tertulis juga : “memperkenalkan suatu kerangka berfikir yang sederhana dan mudah diikuti tentang cara para rabi dan tokoh yahudi menanamkan kebijakan mereka pada masyarakat umum”. Mudah diterka, Eran Katz akan mengajari pembacanya metode mengingat yang memungkinkan seseorang menjadi pintar “seperti orang yahudi”.

Mungkin anda penasaran mengapa kalimat terakhir diatas diberi tanda petik. Karena diluar dugaan, buku ini tidak sekedar membahas cara meningkatkan daya ingatan seperti buku metode ingatan lainnya, buku ini juga membahas secara gamblang karakter Yahudi yang memungkinkan mereka untuk meraih sukses. Diluar dugaan saya juga, karakter yang dijelaskan disini sangat universal dan sebagian besar sudah difahami semua orang. Buku ini secara gamblang membantah mitos-mitos bahwa ada jalan singkat menuju kesukesan, atau bahwa Yahudi bisa sukses karena konspirasi global zionisme. Lembar demi lembar buku ini akan menunjukan pada anda bahwa metode kaum yahudi untuk mencapai sukses pada dasarnya sama dengan nasehat Tuk Bayan Tula pada Laskar Pelangi bahwa satu-satunya cara untuk sukses adalah selalu belajar dan bekerja keras.

Untuk saya sendiri, membaca buku ini sedikit membantu saya sebagai seorang muslim untuk memahami Al-Quran. Salah satunya adalah ketika salah satu tokoh dalam cerita yang bernama Lisa mengatakan bahwa dalam taurat terdapat 172 kata “ingat” yang ditafsirkan penulis agar kaum Yahudi selalu memperkuat ingatannya (hal 169). Ketika aku mencoba untuk mengetik kata “Ingatlah” dalam Al-Quran digital, muncul sekitar 177 kata yang memerintahkan pembacanya untuk mengingat, baik nikmat-nikmat Allah, ketentuan-ketentuan, maupun sejarah. Terlepas benar tidaknya tafsiran diatas, aku melihat bahwa memang ada baiknya seorang muslim membaca Al-Quran dengan pemahaman bahwa ayat-ayatnya memang ditujukan langsung untuk dirinya. Sehingga ketika membaca ayat yang berbunyi “Bacalah”, maka itu sudah pasti perintah untuk rajin-rajin membaca. Maka ketika ada ayat yang diawali kata “ingatlah”, itu merupakan perintah untuk mereka yang beriman untuk mengingat ayat tersebut.

Kembali pada buku kita. Buku ini ditulis dalam bentuk cerita sehingga tidak membosankan pembacanya (setidaknya bagiku). Ini merupakan sebuah keunggulan tersendiri, biasanya buku sejenis sangat kaku dan sekedar membahas metode. Cerita buku ini berpusat pada pada tiga sekawan Eran, Itamar dan Jerome (yang namanya menjadi judul buku ini). Eran digambarkan sebagai seorang motivator, Itamar seorang professor, dan Jerome adalah seorang pengusaha kaos. Tiga sekawan ini tinggal di Israel dan berkumpul secara rutin di cafe miliki kawan mereka Fabio. Fabio sendiri adalah Yahudi keturunan spanyol. Berbeda dengan Eran dan Itamar yang masuk “kaum intelek”, jerome digambarkan sebagai sosok yang merasa “sedikit datar” intelektualnya, namun memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi dan cenderung urakan.

Suatu saat mereka memutuskan untuk menulis sebuah buku tentang rahasia kecerdasan Yahudi sekaligus menjadikan sahabat mereka Jerome untuk menjadi yahudi urakan yang jenius. Di mulailah petualangan tiga serangkai ini ke berbagai tempat untuk mencapai tujuan mereka. Inilah hal yang menyenangkan dari membaca buku ini. Alih-alih membaca teksbook yang langsung mendikte kita bagaimana cara mengingat dengan baik, Eran Katz mengantarkan pembaca untuk belajar metode-metode belajar dan mengingat melalui cerita. Pembaca akan dihanyutkan dengan babak demi babak perjalanan tiap tokoh tanpa sadar bahwa sebenarnya sedang diajari cara memperkuat daya ingat dan gaya belajar. Hebatnya, kalau kita betul-betul melakukan apa yang disarankan, kita bisa mengingat seluruh isi buku. Saya sendiri bisa mengingat sebagian besar isi buku ini secara umum, namun perlu dilatih kembali ketika sampai pada hal-hal yang detil.

akhir buku ini cukup mengesankan sekaligus mengejutkan. tentu saja tidak akan saya ungkapkan disini. secara garis besar, buku ini menunjukan secara gamblang bahwa segala macam mitos tentang kecerdasan kaum Yahudi pada dasarnya terlalu dibesar-besarkan. Setiap manusia terlahir sama, mungkin ada beberapa dari mereka yang terlahir dengan kecerdasan yang baik, namun kerja keras dan kesungguhanlah yang menjadi kunci utama keberhasilan hidup. menurut saya itulah yang hendak Eran Katz sampaikan pada pembaca.

Buku ini saya selesaikan dalam tiga hari dan sekarang sedang membacanya kembali. Menurutku ini poin positif karena seringkali buku-buku sejenis begitu melelahkan sehingga seringkali kita enggan untuk membacanya kembali. Pernahkah anda membaca panduan tentang sesuatu yang jangankan membacanya ulang, untuk menyelesaikannya saja kita sudah kehabisan gairah? Buku seperti itulah yang saya maksud.

Eran Katz banyak mengutip dan menafsirkan ayat-ayat taurat, talmud tulisan para Rabi dan ritual-ritual ibadat kaum yahudi untuk memperkuat argumentasinya. Walaupun penafsiran-penafsiran ini belum tentu benar dari kacamata orang yahudi sendiri, semua prinsip-prinsip dan metode yang terkandung tetap bisa diikuti semua orang karena buku ini sama sekali tidak membahas agama atau ideologi yahudi.

Kesimpulannya, jika anda bosan atau tak sanggup membaca teksbook yang kaku tentang metode memperkuat daya ingat dan belajar, maka Buku ini adalah salah satu pilihan yang tepat. Akan lebih baik jika kita mengesampingkan sentimen negatif tentang yahudi dan membaca buku ini dalam rangka menimba ilmu. Okay sekian dulu review buku ini, review berikutnya akan membahas buku lain dari Eran Katz yang berjudul Secrets of Super Memory : Mengaktifkan daya ingat tanpa batas. Thanx sudah repot repot mau membaca tulisan saya ini.