Rabu, 13 April 2011

KETIKA KAU BERTEMU DENGAN KEPAHITAN


Kau tahu? terkadang kepahitan tidak datang sekonyong-konyong. Dia datang bertahap. langkah demi langkah. Begitu teratur sehingga seringkali, mereka yang akhirnya bersua dengan pahit melayangkan pandang ke langit dan menjatuhkan tatap ke tanah seraya berkata "seharusnya aku sadari sedari dulu...."

Demikianlah adanya kepahitan. getir bukanlah sesuatu yang didambakan, apalagi untuk dilayangkan undangan. dia bukanlah tamu agung, dia bukanlah kerabat pengobat rindu.

Begitu getir sehingga mereka berharap begitu rupa. Berandai-andai bahwa hidup bisa di ulang dan lembar-lembar masa lalu adalah hayalan yang cela untuk diucapkan. Demikian adanya sang tamu, duhai sahabat.. dia terkadang mengetuk pintu dan beranjak masuk. sungguh sahabat, seiring dia bertamu, maka seluruh duniamu akan menyambut dengan menutupi sinar dengan kelam.

Tapi duhai sahabat, setiap gores-gores kalimat yang kutulis untukmu sebenarnya hanya ulangan dari gurat-gurat kisah yang kau alunkan untukku. ingatkah kau waktu itu? ketika kehidupanku tak lebih dari padang kosong yang ramai dengan belulang kenangan. Waktu itu kau datang, berkata bahwa sang pahit menebarkan sedih dan gelap, untuk ku siram dengan jiwa yang tersisa sehingga pada masanya akan ku tuai bulir-bulir kehidupan?

ingatkah kau duhai sahabat? ingatkah kau ketika hanya dirimu yang tersenyum padaku di padang belulang?... sekarang ku lihat kau termenung, dan kulihat senda guraumu dengan sang pahit.

ah.., begitu adanya.. kulihat bahwa kau telah menduganya semenjak awal. Bahwa kepahitan akan datang, bahkan kali ini dia tidak datang untuk bertamu. dia datang untuk tinggal. duhai sahabat, gerangan kutukan pahit apa yang telah berlaku untukmu?

dan kau tersenyum, dan bertutur bahwa ini semua merupakan rencanamu semenjak awal. kepahitan adalah teman satu satunya yang kau percayai. kau katakan padaku bahwa kepahitan bersedia untuk menunjukan jalan..

jenius. sungguh sahabat, kau telah tahu semenjak awal bahwa hanya ada satu pilihan. kau telah melihat bahwa dunia berkhianat padamu dan kenyataan telah berselingkuh dengan musuhnya sendiri. kau telah melihat bahwa hanya ada satu pilihan untuk melepaskan diri dari pusaran palsu dan tipu daya. kau tahu bahwa kejujuran hanya bersemayam pada sang pahit. bahwa telah lama sang murni berkeluh kesah kepada kepahitan tentang ramainya kampung halamannya dengan abu. begitu banyak abu-abu, demikian katamu.

bijak adanya ketika kau katakan bahwa sang pahit tidak datang untuk mengambil jiwamu pergi. karena dia datang bersama kejujuran dan kebenaran. Ketika kau tahu bahwa pusaran nasib tak memberi pilihan, kau tahu hanya kepada pahit kau bisa mengadu.

duhai sobat, tegapkanlah dadamu. Usah kau sedih melihatku detik ini. Bersahabat dengan kepahitan adalah pilihanku. sungguh sobat, kepahitan adalah teman yang baik. ingatkah ketika kita semua berjalan bersama? ingatkah ketika kau menunjukan jalan, aku memikul beban dan kepahitan menjaga jiwa kita. Menjaga akal sehat kita sehingga langit tetap menjadi langit dan bumi tetap menjadi bumi. Ingatkah masa-masa ketika semuanya tak beraturan dan hanya kita saja yang tetap berjaya.

marilah sobat, jamuan anggur ini tak akan lengkap tanpamu. kepahitan telah menuangkan kegetiran untuk kita teguk bersama. sungguh aku sepi tanpamu sobat, gelas gelas ini telah penuh dan pahit telah menghiasinya dengan daun daun kenyataan. kursi untukmu sobat, kursi ini hanya untukmu.

(di tulis bukan karena cinta, bukan karena harta, semata-mata hanya karena aku memutuskan untuk bersahabat dengan setiap pahit yang bertamu dengan hidupku dan itu menjaga akal sehatku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar