Kamis, 14 April 2011

JAUHKAN AKU DARI ORGAN TUNGGAL !!!!...

Jujur, Aku tidak suka organ tunggal. Bukan karena pemain musiknya, tapi lebih kepada suasana yang ditimbulkannya. Setiap kali kantor mengadakan acara kebersamaan, selalu saja dimasukan acara hiburan berupa organ tunggal.Yang jadi masalah bukanlah organ tunggalnya, tapi pilihan lagu yang dimainkannya. Itulah masalah utamaku. Bukannya sok stylish, tapi aku memang termasuk pemilih kalo urusan lagu.

Terus terang aku bosan mendengar lagu-lagu itu itu saja yang dimainkan setiap kali ada acara kantor. Tembang pilihannya pastilah tak jauh jauh dari hits hits klasik (baca: jadul) yang rentang tahunnya mulai dari tahun 60an dan mentok di tahun 80an awal. Jika pilihan lagu tadi sudah habis, pilihan pastilah berganti ke lagu lagu daerah yang lagi-lagi itu itu saja dan tenar ketika sebagian besar generasi sekarang belum lahir. Bukan maksudku untuk anti lagu daerah, tapi harus kita akui, lagu lagu daerah ditinggalkan karena memang tak mau mengikuti perkembangan jaman. Lagu baru saja belum tentu disukai, apalagi lagu lama yang seolah sakral dan pantang dimodifikasi?

Situasi makin buruk ketika dangdut mulai dimainkan. Entah siapa yang akan memulai, tapi selalu saja ada “sesi” joged bersama. Jika itu yang terjadi, aku lebih memilih untuk menyingkir dan mencari teman ngobrol. Hal yang sama kulakukan ketika lagu “poco-poco” dimainkan. Aku sendiri penasaran kenapa lagu ini seolah jadi lagu wajib nasional jika ada acara hiburan. Tidak di pemerintahan, tidak di swasta, sama saja. Ketika teman-teman sibuk “goyang poco-poco” biasanya aku hanya duduk dan melihat. Mungkin aku jadi terkesan “tidak gaul” atau “tidak asik”, tapi terserahlah, karena ini urusan selera. Oleh karena itu aku tidak pernah mengganggu atau mengejek, selama teman-temanku suka, that's fine with me. Tapi urusan joged-joged ini bisa jadi urusan serius, suatu saat aku pernah hilang feeling karena wanita yang aku suka ikut goyang poco-poco, dan tiba-tiba saja terbersit keraguan dalam hati. “Lupakan saja....” kataku membatin.

Pada dasarnya aku bukan ingin usil dengan hobi orang lain. Bukan urusanku juga untuk menghakimi selera musik seseorang. Karena selera bukan soal benar dan salah. Tapi urusan cara menikmati hidup. Aku sendiri tidak akan memaksakan pilihan laguku untuk disukai orang lain. Tapi satu hal saja yang aku minta. Jauhkan aku dari organ tunggal. Sungguh, selama aku ketemu organ tunggal, baik waktu acara kantor, kawinan, atau kampanye, pilihan lagunya selalu saja tidak asik untukku dengar. Aku bukan tipe-tipe yang sok "ikut seru-seruan". Aku tidak ragu untuk mengatakan bahwa goyang poco-poco itu tidak "segitu" serunya, bahkan biasanya saja. aku juga tidak ragu untuk mengatakan bahwa lagu "kemesraan" sebaiknya dilarang saja, karena sudah terlalu sering dinyanyikan. Tapi kalau ada yang ingin, silahkan saja. Asal jangan paksa diriku.

oleh karena itu, sampai tiba waktu lagu padi, sheila on 7, Nidji, GIGI, kla project, linkin park, the coors, atau L'Arc En Ciels dimainkan oleh organ tunggal. Aku lebih memilih duduk bersama dan mengobrol saja.. dibawah cemerlang rembulan, ditemani semilir keredupan.

saking seringnya waktu hidup goyang poco-poco, ini yang terjadi setelah mati :
sumber disinih

2 komentar:

  1. xixixixx.... elu baru ikutan joged2 klo ada dangdut dorong ya fir^^

    kata ika lo ngajakin jalan, kemenong??? ajak saiyah setelah lebaran yak ;)

    BalasHapus
  2. hehehe, biar ada yang dorong juga langsyung balik arah lagi.... ga banget deh joged joged depan orang. Mending joged sendiri ajah =). ayuk jalan lagih, kemana yah

    BalasHapus