Rabu, 12 Oktober 2011

Waktu Adalah Pedang yang Membelah


Dalam buku “The Hobbit”, Gollum menantang Bilbo Baggins untuk bermain teka teki. Tantangan itu diajukan karena dia hendak memakan Bilbo. Terjebak dalam gua yang gelap dan penuh labirin, Bilbo tak punya pilihan lain selain menerima tantangan tersebut. Dia ingin mengulur waktu sambil menyusun rencana pelarian diri. Dalam satu kesempatan, Gollum mengajukan sebuah pertanyaan:

Benda ini makan segalanya;
Burung, binatang, pohon dan bunga;
Mengerat besi, menggigit baja;
Batu Keraspun digilingnya;
Membunuh Raja, Menghancurkan Kota
Meruntuhkan gunung sampai rata


Dalam keputusasaan, Bilbo meminta waktu untuk berfikir dahulu, dan nasib baik memang ada dipihaknya. Jawaban teka teki tadi memang waktu.

Jika umumnya teka teki dibuat menggunakan perumpamaan atau bahasa bersayap, tidak demikian dengan apa yang ditulis oleh JRR Tolkien ini. Teka teki ini begitu gamblang, begitu jelas, bahkan nyaris bukan sebuah teka teki. JRR Tolkien ingin mengingatkan kita bahwa waktu akan mengalahkan semuanya, menghancurkan segalanya. Tidak akan ada yang abadi.

Waktu akan mengakhiri segalanya. Itulah inti teka teki Gollum. Sepanjang sejarah, manusia telah melihat kebangkitan dan kehancuran sebuah masa. Orang bijak berkata, segalanya akan berlalu seiring waktu. Ucapan ini bukan sekedar pelipur lara untuk mereka yang menjalani kehidupan yang sulit Ucapan ini adalah satu-satunya yang nyata di alam yang sebenarnya fana ini.

Siapa yang menyangka bahwa Uni Soviet akan hancur pada tahun 1991? Siapa yang mengira bahwa Menara World Trade Center di New York akan roboh sepuluh tahun berikutnya? Siapa yang mengira pada tahun 2010, tentara Israel yang “konon” begitu kuat harus pulang menanggung malu setelah kalah dari Hizbullah. Siapa yang pernah bertaruh bahwa amerika ternyata impoten ketika menyerang kuba dan vietnam. Dua negara yang sebenarnya miskin. Siapa yang pernah bermimpi bahwa Saddam Husein, Muaamar Khaddafi, Husni Mubarak, dan Zine El Abidine Ben Ali akan tumbang. Bukankah mereka hidup dalam impian keabadian seperti yang pernah dikatakan Firaun di depan Musa? Siapa sangka akhirnya Steve Jobs pergi meninggalkan kita?

Manusia selalu mengira bahwa dirinya dan dunianya akan abadi. Alexander Agung dulu mengira kekaisarannya yang merentang dari Yunani sampai Himalaya akan berdiri abadi. Kaisar Pertama Cina (Qin Shi Huang) begitu mengagumi dirinya yang berhasil menyatukan seluruh kerajaan cina sehingga dia merasa titisan Dewa. Tapi waktu telah membunuh para Raja dan menghancurkan kota. Peninggalan mereka baru kita ketahui setelah kita menggalinya dari dalam tanah.

Waktu akan mengalahkan semuanya. Siapa yang menyangka ekonomi amerika yang begitu kuat akan terseok seok bukan karena perang tapi justru karena masalah defisit anggaran (yang sebenarnya karena perang juga). Ekonomi liberal kapitalis dan berbasis bunga kredit yang disembah disana justru menjadi pembunuh utama. Yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.

Ironis, Teriakan untuk menghentikan ekonomi kapitalis justru datang dari jantung kapitalisme itu sendiri. Ironis, karena sebelumnya pada pendemo ini kemungkinan besar dulunya adalah penganut kapitalisme dan ekonomi liberal. Begitulah kawan, Waktu akan menunjukan rupa asli manusia yang opportunis. Semakin miris karena pusat para pendemo adalah di ground zero, lapangan yang diatasnya pernah berdiri ikon kapitalisme dunia, Menara world trade centre.

Waktu menunjukan kebenaran sejati, perang melawan terorisme (islam) yang dulu diamini seluruh dunia terbukti hanya topeng Amerika untuk mengamankan pasokan minyaknya. Senjata pemusnah massal Irak yang diteriakan Bush terbukti ternyata hanya palsu belaka. Tentara Amerika dan PBB tidak pernah menemukannya dan belakangan informan CIA mengakuinya sebagai akal-akalan untuk menumbangkan Saddam. Oh ya, tahukah anda bahwa alasan utama Amerika menyerang Afganistan adalah agar pipa minyak dari Afghanistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kazakhstan tidak harus melewati Rusia tapi bisa langsung melewati Afganistan? Amerika malas membayar fee ke Rusia.

Waktu membuktikan semuanya. Apa yang kita ketahui sekarang, pada dasarnya tidak diketahui sebelumnya. Apa yang tidak kita ketahui sekarang kemungkinan besar akan diketahui di masa depan. Kaum Quraisy tertawa-tawa mengejek Nabi Muhammad ketika beliau menyampaikan wahyu bahwa Kerajaan Romawi akan mengalahkan Persia. Wahyu itu turun tujuh tahun setelah pasukan romawi kalah telah dari pasukan Persia (kira kira tahun 613 M). Tujuh tahun berikutnya, para kaum Quraisy harus menelan kembali kata-katanya. Sejarah mencatat bahwa pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Begitu juga Copernicus yang akhirnya teorinya bahwa bumi mengelilingi matahari (dan bukan sebaliknya) terbukti walaupun dia sebenarnya telat 900 tahun pada seorang arab penggembala kambing bernama Muhammad.

Namun waktu tidak hanya menghancurkan. Dia juga hadir untuk membangun. Dalam bukunya yang berjudul “Outliers”, Malcolm Gladwell menceritakan alasan kenapa The Beatles, Bill Gates, Steve Jobs, berhasil memperolah kesuksesan. Alasan utamanya adalah waktu yang mereka curahkan dalam perjalanan ke sana. Sebelum meledak, The Beatle menghabiskan ribuan jam manggung di kafe kafe di kota hamburg, jerman. Ketika akhirnya mereka menjadi selebriti, Mereka telah memiliki pengalaman tampil di depan public melebihi rata rata band lain saat itu, bahkan sekarang. Begitu juga dengan Bill Gates dan Steve Jobs yang menghabiskan masa mudanya di depan Komputer melebihi anak lain pada masanya. Prinsip mencurahkan sebanyak mungkin waktu untuk bekerja keras sering dinamakan kaidah 10.000 jam. Konon 10.000 jam adalah waktu yang anda butuhkan untuk menjadi benar benar ahli dalam bidang apapun. Walaupun sebenarnya inti dari kisah diatas adalah mereka yang berhasil melebihi orang lain sebenarnya telah berusaha sekeras mungkin melebihi orang lain.

Sebuah sya'ir Arab menggambarkan dengan tepat tentang hakikat sang waktu: “Al-Waqt ka al-saif. Fa in lam taqtha'haa qath'aka” (Waktu laksana pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya maka ia akan menebasmu). Mereka yang lengah hendaknya bersiap menjadi korban. Menjadi korban karena berulangkali terhenyak, menyadari bahwa semuanya sudah telambat dan sekedar menyisakan sesal.

Tulisan ini akan saya akhiri dengan Sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Mu'adz bin Jabal : "Tidak akan tergelincir (binasa) kedua kaki seorang hamba di hari kiamat, hingga ditanyakan kepadanya 4 perkara, usianya untuk apa ia habiskan, masa mudanya bagaimana ia pergunakan, hartanya dari mana ia dapatkan dan pada siapa ia keluarkan, ilmunya dan apa-apa yang ia perbuat dengannya." (HR. Bazzar dan Thabrani).

1 komentar: