Seorang pria mendorong temannya sampai jatuh. Diiringi tertawaan
dari teman-temannya yang lain. Seorang yang lain mengejek temannya, terkadang
membuka aib, lagi-lagi diikuti gelak tawa. Pada momen lain, komunikasi diantara
mereka hanya berisi saling melecehkan atau kekerasan. Alasannya? Agar orang
yang melihat tertawa. Demikianlah, isi seluruh acara sahur itu tak lebih dari
kekerasan, pelecehan, rasisme, membuka aib, penghinaan yang ternyata “boleh”
ditertawakan. Memang pada akhirnya (menit-menit injury time) datang seorang yang berpeci, berjubah, dan bersorban
(yang konon seorang alim ulama) untuk sekedar membaca khotbah-khotbah yang
sudah tercetak dalam naskah. Nilai yang bisa diambil dari acara ini?
Menertawakan penderitaan orang lain adalah baik. Tertawalah sekarang.
Di chanel lain, isinya berjubel dengan kuis-kuis berhadiah. Lengkap
dengan sponsor disana sini. Isinya adalah “dakwah” tentang provider
telekomunikasi yang perlu anda beli, sirup yang harus anda minum, cemilan yang
harus disajikan untuk berbuka, atau pakaian yang perlu diborong. Ada Iklan yang menjual handphone dengan bonus
software kitab suci. Pesan iklan itu? Tingkatkan iman dengan membeli handphone,
sungguh mengerikan. Ramadhan adalah tentang berbagi, namun acara ini menantang
langsung dengan berteriak lantang : “BELI dan MILIKI, karena tanpa produk yang
kami tayangkan, Idul Fitri Kalian akan BASI!!!”. Nilai yang bisa diambil dari
acara ini? Konsumerisme adalah jalan menuju ampunan Tuhan.